Diskripsi

Buku Antologi dari Bumi Paguntaka ini merupakan salah satu dari usaha para dosen dari Universitas Borneo Tarakan (UBT) untuk membangun daya pikir masyarakat baik dampak maupun solusi terhadap wabah COVID-19 seperti yang akan tersaji dalam bagian dan bab berikutnya. Dalam bidang kesehatan perlu dipikirkan bagaimana nasib tenaga medis yang berjuang di garda terdepan dengan mengorbankan waktu, tenaga, dan keluarga. Oleh karena itu, bagaimanakah seharusnya sikap kita? Adakah yang dapat kita lakukan untuk meringankan beban mereka? Lalu dibidang ekonomi pula, penghasilan sebagian besar masyarakat merosot akibat defisit keuangan yang terjadi. Tidak hanya itu, sektor agribisnis dan hasil pertanian pun juga ikut merasakan dampaknya. Lantas, adakah upaya untuk menanggulangi perekonomian masyarakat yang tengah terguncang? Kemudian, bagaimana dengan produk-produk pertanian yang kian sepi pembeli? Bidang sosial juga tidak kalah penting. Terlihat, COVID-19 banyak menyerang psikologis masyarakat, terutama peserta didik dan para pekerja. Work from home bukanlah hal yang mudah dilakukan terutama bagi mereka yang memerlukan komunikasi intens dalam pekerjaannya. Adakah solusi agar pelajar dan pekerja tetap dapat memaksimalkan dan menikmati pekerjaan mereka dengan sistem Work From Home (WFH)? Tulisan para dosen UBT ini dikemas sesuai dengan kepakaran ilmu yang dikatkan dengan wabah serta solusi yang dianggap sesuai untuk dilakukan.
Tentang Editor

Dr. Taufiq A. Gani, S.Kom, M.Eng.Sc
Website : http://fsd.unsyiah.ac.id/topgan/
Email : topgan@unsyiah.ac.id

Putri Wahyuni, S.I.Kom., M.Soc.Sc.
Website : http://www.fsd.unsyiah.ac.id/putriwahyuni/
Email : putriwahyuni@unsyiah.ac.id

Afrillia Fahrina
Website : https://id.linkedin.com/in/afrillia-fahrina-755ab0119
Order Buku
BAGIAN 1 KESEHATAN
MEREKA YANG BERJIBAKU MELAWAN PANDEMI COVID-19 – Paridah
COVID-19 termasuk dalam rumpun virus Corona. Virus ini merupakan penyebab penyakit saluran pernapasan yang membuat geger dunia di penghujung tahun 2019. Penyakit ini berasal dari Negeri ‘tirai bambu’ (Zu dkk., 2020) yang memiliki jumlah penduduk terbanyak di dunia. Beberapa bulan terakhir, Corona menggemparkan dunia dengan begitu cepatnya menginfeksi ribuan manusia dan menyebabkan kematian dalam waktu singkat (Dong dkk., 2020; Fauci dkk., 2020; dan WHO, 2020). Corona menyerang manusia tanpa memandang status, kedudukan, ras, golongan, dan agama. Semua dilibasnya. Aktivitas dunia terhenti, dunia terpana seakan tak percaya dengan terjadinya pandemi ini.
SOCIAL DISTANCING SANG PEJUANG GARDA TERDEPAN COVID-19 – Dewi Wijayanti
Awalnya COVID-19 atau yang dikenal dengan virus Corona hanya mewabahi negara China, tepatnya di kota Wuhan (jambi.tribunnews.com). Sementara pada saat itu Indonesia hanya sebagai penonton yang menyimak berbagai informasi tentang duka yang dilanda negara China.Tidak terlintas sedikitpun bahwa negara Indonesia tercinta ini akan dilanda virus yang sama layaknya negara China. Saat ini ibu pertiwi sedang bersedih, ibu pertiwi tengah berduka.
Jika virus Corona diibaratkan sebagai musuh dalam peperangan, sudah pasti yang menjadi garda terdepan pembasmi virus tersebut merupakan tim medis seperti dokter, para perawat, tim analis dan sebagainya. Mereka bagaikan prajurit yang berjuang dengan segala keahlian, kerelaan, dan kekuatan. Tidak hanya itu, keterbatasan yang ada menjadi ujung tombak garda terdepan ini dalam memerangi virus mematikan yang mengguncang dunia tersebut.
STIGMA NEGATIF, PERAWAT MELAWAN WABAH COVID-19 – Maria Imaculata Ose
COVID-19 adalah pandemik yang berasal dari Wuhan, Cina dan menyebar cepat secara global. Indonesia memperkirakan bahwa wabah ini dimulai pada awal Maret 2020 dan hanya dalam waktu kurang dari sebulan virus telah menginfeksi 1.285 pasien dan 114 kematian di Indonesia pada 30 Maret 2020, serta sampai tanggal 28 Maret 2020, ada sekitar 61 tenaga kesehatan yang tertular COVID-19 (Brama, 2020). Tenaga kesehatan meliputi dokter, perawat, maupun tenaga kesehatan lainnya, berperan dalam merawat pasien yang tertular dan menjadi garda terdepan dalam penanganan Virus Corona.
Kepanikan muncul di kalangan masyarakat terhadap semua petugas kesehatan yang memberikan label stigma negatif kepada petugas kesehatan. Perkembangan media sosial dewasa ini banyak mengandung informasi-informasi yang bersifat negatif, baik berupa berita provokatif yang disertai dengan isu-isu terkini, hujaran kebencian dan berita kebohongan atau hoax.
MENGULIK PERILAKU ‘BANDEL’ MASYARAKAT DI TENGAH PANDEMIK COVID-19 – Ramdya Akbar Tukan
Awal tahun 2020 akan menjadi momen yang tidak terlupakan bagi masyarakat dunia. Bagaimana tidak, masyarakat diresahkan dengan munculnya virus baru yang belum pernah ditemukan sebelumnya yaitu virus Corona atau disebut juga corona virus disease (COVID-19).
Menurut alodokter.com (2020), COVID-19 merupakan virus yang menginfeksi sistem pernapasan dengan mengakibatkan gejala seperti flu dan pneumonia. Proses penularan yang cukup cepat dan hanya melalui kontak fisik menyebabkan banyak orang menjadi was-was bahkan sampai mengucilkan orang sekitarnya, termasuk tenaga medis. Contohnya, seperti penolakan warga sekitar terhadap tenaga medis (dokter, perawat) yang menangani pasien COVID-19 baik dalam memberikan tempat tinggal maupun pemakaman jenazah. Selain itu perlakuan diskriminatif pengusiran dan pengucilan juga didapatkan.
BAGIAN 2 SOSIAL
“BERSERI DI TENGAH PANDEMI (Makna dibalik COVID-19)” – Mohammad Wahyu Agang
Pandemi COVID-19 telah menyebabkan kematian secara masif di berbagai wilayah dalam waktu singkat. Virus mematikan yang dinamai Corona ini pertama kali teridentifikasi di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina pada 31 Desember 2019. Kemudian virus ini menyebar begitu cepat sehingga mewabah dan menyerang seluruh negeri tanpa pandang bulu, seperti yang disampaikan oleh H.M. Jusuf Kalla (Wakil Presiden RI Periode 2004-2009 dan 2014-2019) melalui penggalan puisi di atas. Virus ini sama bahayanya dengan virus yang sebelumnya sudah mewabah di dunia. Proses penyebarannya yang sangat cepat membuat virus jauh lebih berbahaya daripada senjata tempur.
PEDOMAN PENTING BAGI IBU HAMIL AGAR TERHINDAR DARI ANCAMAN COVID-19 – Ika Yulianti
Kepanikan luar biasa telah menggemparkan seluruh penjuru negeri setelah munculnya virus yang mewabah. Virus yang dinamakan virus corona atau kerap disebut COVID-19 ini pertama kali terdeteksi di Wuhan, Cina pada akhir Desember 2019. Tingkat penyebaran virus yang sangat cepat dengan gejala influenza yang tak berciri khas membuat masyarakat hingga pemimpin negara harus waspada terhadap virus ini. Manifestasi akhir infeksi ini dapat menyebabkan kematian jika tidak ditangani dengan segera dan benar. Worldometers menyebutkan bahwa hingga 18 Maret 2020 terdapat 202.272 orang terinfeksi COVID-19 dengan total korban meninggal sebanyak 8.012 orang. Saat ini penyebarannya sudah sampai ke 155 negara di seluruh benua, kecuali Antartika. Sementara itu di Indonesia kasus ini pertama kali terdeteksi pada 2 Maret 2020. Ahcmad Yurianto selaku juru bicara pemerintah untuk penanganan COVID-19 mengungkapkan, hingga Kamis 16 April 2020, terdapat 380 kasus baru telah terkonfirmasi COVID-19. Dapat disimpulkan bahwa pada tanggal 16 April 2020, ada 5.152 masyarakat yang terjangkit COVID-19 di tanah air. Pemerintah menyatakan bahwa jumlah tersebut akan terus bertambah setiap harinya.
LEDAKAN HAMA TANAMAN DAN PANDEMI COVID-19: SERUPA TAPI TAK SAMA – Abdul Rahim
Ledakan hama tanaman dan munculnya pandemi COVID-19 sama-sama meresahkan manusia dan lingkungannya. Jika ditelusuri lebih jauh, ternyata kedua hal ini memiliki banyak kesamaan, baik dari proses munculnya, dampak yang ditimbulkan, dan cara pencegahannya. Akan tetapi, tentu tidak semua aspek dari keduanya dapat mencerminkan satu sama lain karena pada dasarnya hama tanaman dan pandemi COVID-19 memiliki target sasaran yang berbeda. Jadi, satu hal yang penting untuk diketahui bahwa keduanya dapat memberikan efek buruk dan merugikan terhadap masing-masing targetnya.
Hama tanaman merupakan organisme pengganggu yang dapat menyebabkan kerusakan tanaman, kehilangan hasil panen, dan akhirnya menyebabkan ke-rugian secara ekonomis. Ledakan hama merupakan salah satu istilah yang menggambarkan tentang populasi hama yang sangat tinggi sehingga menyebabkan kerugian yang tinggi pula. Hal ini terjadi pada tahun 1974, 1975, 1986, 1998, 2010, 2017, dan 2018 (Perhimpunan Etimologi Indonesia, 2017), sedangkan COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh jenis virus Corona yang baru ditemukan dan pandemi merupakan istilah yang menggambarkan COVID-19 te-lah tersebar secara luas (World Health Organization, 2020).
POTRET KEHIDUPAN MASYARAKAT SELAMA MASA KARANTINA PANDEMI COVID-19 – Dwi Santoso
Kehidupan tidak selalu berjalan mulus. Pada awal tahun 2020, dunia berduka karena hadirnya sebuah virus yang menyebar dalam skala global yaitu COVID-19 atau lebih dikenal dengan istilah virus corona. Corona virus disease (COVID-19) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh sindrom pernapasan akut coronavirus 2 (SARS CoV-2). Penyakit ini pertama kali diidentifikasi pada Desember 2019 dan sejak itu mulai menyebar secara global ke seluruh belahan dunia (Anonym, 2020).
Pandemi COVID-19 seperti menyadarkan kita bahwa musibah ini bagaikan simulasi ketika huru hara akhir zaman terjadi. Ketika wabah ini mulai menyebar, baik yang kaya atau miskin, tua maupun muda sibuk menyelamatkan diri untuk keperluan masing-masing. Bahkan saat ada seseorang yang jatuh tersungkur di jalan tidak ada yang berani mendekat, apalagi untuk menolong. Semua orang dihimbau untuk melakukan karantina dengan berdiam diri di rumah untuk menjamin kondisi diri dan keluarganya.
AKAL SEHAT DAN KEJUJURAN DI TENGAH BELENGGU COVID-19 – Nurul Chairiyah
Siapa yang tidak mengetahui COVID-19. Penyakit yang memiliki gejala umum berupa demam, rasa lelah, batuk kering dan kesulitan bernapas ini pertama kali terdeteksi di Wuhan, Cina pada Desember 2019. Dikarenakan penyebarannya yang sangat cepat, awal tahun 2020 seluruh dunia digegerkan oleh eksistensi penyakit yang disebabkan oleh jenis Virus Corona ini. Pandemi COVID-19 merupakan krisis kesehatan global yang dapat dikatakan sebagai salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh tiap negara sejak Perang Dunia II (Tempo, 2020 dan United Nations Development Programme, 2020). Hingga saat ini tercatat lebih dari 150.000 jiwa melayang karena pandemi tersebut. Setiap negara hingga saat ini saling berlomba untuk memperlambat penyebaran virus dengan menguji dan merawat pasien, melakukan pelacakan kontak, membatasi perjalanan, mengkarantina warga, dan melarang adanya pertemuan seperti acara seminar, rapat, olahraga, konser, dan kegiatan belajar mengajar di institusi pendidikan.
STRES PESERTA DIDIK AKIBAT TUGAS ONLINE DI TENGAH PANDEMI COVID-19 – Siti Rahmi
Stres merupakan bagian dari sekelumit permasalahan kehidupan yang tidak mungkin terpisahkan dari hidup manusia. Stres juga merupakan tuntutan hidup yang memberikan reaksi secara psikologis dan fisik, sehingga kesejahteraan hi-dup manusia menjadi terganggu. Stres memiliki respon yang cepat terhadap tubuh, karena hal yang memicu stres adalah keadaan atau kejadian yang dihadapi oleh sebagian besar seseorang (Lazarus dan Folkman, 1984). Hal ini juga akan mengancam individu, sehingga akan mempengaruhi serta mengganggu aktivitas kehidupan, juga akan membebaninya.
Stres biasanya dialami oleh semua individu, baik pada tingkat anak, remaja, maupun orang dewasa. Stres yang dialami orang dewasa lebih lengkap jika dibandingkan dengan anak-anak dan remaja. Stres yang dialami orang dewasa disebabkan oleh tempat kerja yang banyak tuntutan, masalah pernikahan dan masalah-masalah lainnya. Sedangkan stres yang dialami para remaja sering terjadi karena adanya transisi dalam kehidupannya, di antara masalah yang dialaminya berupa tugas sekolah, orang tua, lingkungan dan lain sebagainya.
SENYUM MERONA – Sekar Inten Mulyani
Pada akhir tahun 2019 ada berita kasak-kusuk mengenai virus baru di Wuhan, China. Kita yang di Indonesia hanya bisa membaca dan melihat perkembangan dari layar kaca, sambil berharap virus tersebut hanya sebatas menjadi virus lokal saja. Semakin lama berita mengenai virus bernama COVID-19 itu makin melejit. Virus tersebut tidak hanya menjadi viral di Wuhan saja, namun telah mewabah ke semua daerah seiring mobilitas manusia yang semakin aktif melakukan lalu lintas regional maupun lalu lintas dunia. Berita tentang COVID-19 ini telah menduduki trending topik dan bertahan selama empat bulan pada tahun 2020. Media juga mendukung penyebaran informasi virus ini melalui teknologi yang bisa diakses setiap detik. Bahkan World Health Organization (WHO) pun telah mengklarifikasikan bahwa virus COVID-19 ini adalah penyakit yang termasuk ke dalam golongan pandemi. WHO yang merupakan Badan Kesehatan Dunia tidak sembarangan dalam menyatakan sebuah penyakit ke dalam jenis pandemi, karena suatu pandemi tidak bisa dilihat dari tingkat kekronisan suatu penyakit, namun harus dilihat dari kecepatan penyebaran yang diakibatkan oleh penyakit tersebut. Oleh karena itulah COVID-19 ini termasuk ke dalam pandemi karena mampu menyebar secara cepat ke berbagai penjuru negara dan benua. Selain itu, beberapa pandemi yang pernah terjadi sebelum maraknya COVID-19 ini yaitu flu spanyol pada tahun 1918 dan flu babi di tahun 2009 (Latif, 2009).
BAGIAN 3 EKONOMI
GIAT MANDIRI PANGAN DI TENGAH PANDEMI COVID-19 – Nur Indah Mansyur
Meningkatnya penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19) di Indonesia sangat signifikan mempengaruhi aktivitas berbagai sektor dan masyarakat, yang tentunya berimplikasi pada penurunan perekonomian yang semakin memburuk. Tidak hanya di Indonesia, penyebaran COVID-19 cukup menghantam keras kesehatan manusia dan kesehatan ekonomi negara-negara penyebaran COVID-19. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan bahwa akibat pandemi COVID-19, diperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2020 mengalami penurunan menjadi 2,3 persen dan bahkan bisa mencapai minus 0,4 persen (Voa Indonesia, 2020).
Semakin hari pandemi COVID-19 semakin mencekam, penyebarannya semakin berbahaya dan berdampak luas ke berbagai sektor hingga mengharuskan masyarakat stay at home, study at home dan work from home, aktivitas masyarakat di luar rumah terbatas dan bahkan ditiadakan. Pada kondisi demikian mempengaruhi ekonomi masyarakat Indonesia, terutama sektor UMKM yang selama ini menjadi safety net bagi perekonomian masyarakat. Selain itu, terdapat sekitar 1,6 juta warga negara PHK dan dirumahkan (Adyatama dan Persada, 2020).
PRODUK PERTANIAN DI TENGAH PANDEMI COVID-19 – Rayhana Jafar
Mewabahnya virus COVID-19 mengakibatkan kelangkaan terhadap produk-produk hasil pertanian. Padahal masyarakat seharusnya mengonsumsi makanan-makanan yang bergizi hasil dari produk pertanian, namun di saat seperti ini justru terjadi kelangkaan dimana-mana walaupun para petani sedang panen raya. Maka, muncul banyak pertanyaan dibenak kita. Ada apa dengan produk pertanian? Ke mana hasil dari produk pertanian? Apakah persediaan bahan pangan bisa mencukupi kebutuhan masyarakat di tengah pandemi ini? Akankah persediaan tersebut dapat mencukupi dan menjamin sampai berakhirnya masa pandemi ini? Bagaimana distribusi logistiknya? Apakah aman? Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan lainnya (Tohamahsun, 2011). Maka dari itu, fenomena ini tidak bisa dipandang dengan sebelah mata apalagi menyepelekannya. Lalu, langkah apa yang sepatutnya diambil oleh pemerintah untuk sigap menangani kasus ini?
MENGUBAH TANTANGAN SEKTOR AGRIBISNIS ERA INDUSTRI 4.0 MENJADI PELUANG DI TENGAH PANDEMI COVID-19 – Dr. Elly Jumiati, S.P., M.P.
Pada Maret 2020 yang lalu, dunia seakan mulai sepi. Banyak negara yang mulai melakukan lokcdown karena terpapar virus COVID-19. Pergerakan manusia pun mulai dibatasi, begitu pula dengan distribusi barang dan jasa. Situasi ini membuat dilema berbagai sektor pada bidang pembangunan. Saat ini hampir di seluruh negara lebih berfokus pada penanganan pandemi ini, agar tidak meluas dan menjadi lebih parah. Akan tetapi, di sisi lain perekonomian harus tetap berjalan. Pada kenyataannya tidak semua negara yang menerapkan kebijakan lockdown mendapatkan hasil terbaik dalam menangani pandemi ini, terutama jika pemerintahnya tidak siap menjamin kebutuhan hidup rakyatnya. Bahkan sebalik-nya, pemberlakuan kebijakan ini justru menyebabkan kelumpuhan perekonomian yang dapat memicu kerusuhan, seperti penjarahan besar-besaran yang telah terjadi di Italia (Utomo, 2020). Pada situasi seperti ini, salah satu sektor yang dituntut untuk tetap bisa survive adalah penyedia kebutuhan hidup utama, khususnya pangan.
PEMBATASAN SOSIAL BERSKALA BESAR MEMPERKECIL SKALA PENGHASILAN MASYARAKAT – Alif A. Putra
Organisasi kesehatan dunia, WHO menetapkan penyebaran virus Corona atau COVID-19 sebagai pandemi dunia. Pandemi adalah wabah yang berjangkit serempak di mana-mana, meliputi daerah geografi yang luas. Berdasarkan ketetapan tersebut, Indonesia sebagai salah satu negara berpenduduk padat menetapkan status darurat kekarantinaan. Sehingga, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020 tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat. Peraturan tersebut berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan. Hal ini guna mencegah penyebaran COVID-19 lebih luas ke seluruh wilayah Republik Indonesia.
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dalam rangka percepatan penanganan Corona Virus Di-sease 2019 (COVID-19) mengatur bahwa Menteri Kesehatan menetapkan PSBB berdasarkan usul Gubernur/Bupati/Wali Kota atau Ketua Pelaksana Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, dengan kriteria yang telah ditetapkan. Berdasarkan Pperaturan pemerintah tersebut, PSBB paling sedikit meliputi peliburan sekolah dan tempat kerja, pembatasan kegiatan keagamaan, dan/atau pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum. Dalam hal PSBB telah ditetapkan oleh menteri, pemerintah daerah wajib melaksanakan dan memperhatikan ketentuan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan.
PERJUANGAN DALAM SINAMBUNG BADAI – Ulie Agustina Gultom
Menghadapi beragam situasi dan permasalahan kehidupan yang tidak dapat diprediksi kapan terjadinya, mengharuskan kita untuk selalu berusaha semaksimal mungkin untuk bertahan mencapai kesudahannya. Karena, pada hakikatnya menjalani kehidupan tidaklah terlepas dari berbagai permasalahan, baik dalam hubungan keluarga, pekerjaan, pendidikan, keuangan, kesehatan, keamanan dan sebagainya. Terkadang ada masalah yang muncul silih berganti namun kadang kala ada pula yang datang secara bersamaan tanpa bisa diduga. Salah satu contoh nyata yang saat ini masyarakat hadapi di setiap negara adalah wabah virus corona (COVID-19). Pandemi yang bermula jauh di negeri tirai bambu itu dalam kurun waktu yang singkat sudah menyebar ke seluruh penjuru dunia. Tidak hanya mengancam keselamatan jiwa tetapi juga membuat segala macam rutinitas manusia berubah. Akibatnya, para pemimpin negara maupun daerah harus memutar otak demi kelangsungan hidup masyarakatnya. Dalam upaya penyelesaian masalah yang kita alami saat ini, tentu saja kita sebagai makhluk sosial memiliki peran yang sangat penting untuk memperjuangkan kehidupan bersama alih-alih saling menyalahkan dan membuang waktu dengan percuma. Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk mempertahankan kegiatan dalam kehidupan kita agar tetap berjalan seperti biasanya baik dalam pendidikan, pekerjaan dan kepribadian kita.
EPILOG
Fakta bahwa tenaga medis dikucilkan dari masyarakat bukanlah sekedar hoaks. Dalam buku ini, diulas sikap yang tepat untuk tenaga medis, yaitu dengan memberikan dukungan dan apresiasi. Menjaga diri dari tertularnya COVID-19 juga merupakan langkah yang efektif untuk meringankan beban tim medis. Selain itu, menghindari berita-berita negatif tentang COVID-19 juga merupakan langkah yang tepat untuk menghindari stres dan kepanikan berlebih.
Selanjutnya sektor ekonomi tentu mendapat perhatian besar. Di tengah defisit keuangan ini, kita dapat menerapkan giat pangan mandiri sebagai upaya penghematan dan pencegahan penularan COVID-19. Dari segi sosial, psikologis peserta didik dan para pekerja selama work from home (WFH) menimbulkan banyak perhatian. Stres dan bosan tentu melanda keduanya. Terlebih lagi, kesulitan dalam komunikasi juga menjadi masalah utama. Namun, bila kita mengupayakan segala daya yang ada dan saling mengerti satu sama lain maka WFH menjadi menyenangkan. Bukankah selama WFH kedekatan dengan keluarga kian bertambah? Selain itu, rasa syukur dalam jiwa akan menguatkan akal. Bukankah tim medis hampir tidak punya kesempatan untuk sekedar pulang bahkan bertemu keluarga?
Oleh karena itu, dalam masa-masa sulit ini hendaknya antar sesama kita menerapkan kemakluman atas keterbatasan yang ada dan mengambil langkah termudah agar terciptanya suasana nyaman, sehingga selama pandemi ini kita juga dapat “berseri” dan “tersenyum merona”.
Marilah kita bekerja sama, dimulai dari membangun kebaikan untuk negeri sendiri. Siapa yang tahu? Bisa saja, perubahan besar yang positif berasal dari gagasan dan tindakan anda. Itulah mengapa dibalik setiap musibah pasti tersimpan hikmah yang tak terkira.
Semangat bergerak untuk bangsa!