Diskripsi

Buku ini memperkenalkan dasar dan struktur kebumian, serta lapisan-lapisan bumi secara global. Selanjutnya juga ditunjukkan bagaimana hubungan geofisika dan cabang-cabang ilmu terkait lainnya dalam lingkup geosains. Sehingga jelas terbedakan masing-masing konsep keilmuan, walaupuan kadang-kadang terdapat kedekatan yang sangat erat.
Pada bagian lain, dijelaskan berbagai metode-metode geofisika, baik dimulai dari teori dasar, prinsip kerjanya, pendekatan dan aplikasinya. Semua parameter fisis yang teraplikasikan dari masing-masing pembahasan seperti metode seismik, metode geolistrik dan IP, metode gaya berat, georadar, dan metode magnetik. Harapannya, buku ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan peminat ilmu kebumian.
Tentang Penulis

Dr. Muhammad Syukri, S.Si, M.T
Website : http://fsd.unsyiah.ac.id/m.syukri/
Email: m.syukri@unsyiah.ac.id
Order Buku
Bab 1 Sruktur Bumi
Bumi adalah salah satu planet dalam sistem tata surya. Planet bumi menempati urutan nomor tiga dari sistem tersebut. Selain planet-planet tersebut, terdapat juga benda-benda angkasa lain dan milyaran bintang di Galaksi Bima Sakti (Johnsen, 2019). Proses pembentukan batuan di bumi, baik relief, morfologi dan karakteristiknya, serta proses-proses lainnya terjadi secara bertahap secara waktu geologi atau berdasarkan dengan era dalam ilmu geologi. Berdasarkan ilmu geologi juga dapat dipelajari mengenai berbagai kejadian, struktur, dan komposisi batu-batuan kulit bumi. Hasil penelitian para ahli geologi menunjukkan bahwa umur bumi telah berusia ± 4.6 miliyar tahun dari mulai proses pendinginan sampai pada akhirnya mengalami pembekuan (Senter, 2013). Hampir dua pertiga bagian permukaan bumi ditutupi oleh air yang disebut dengan samudera. Sedangkan satu pertiga bagian lain dari bumi, merupakan batuan yang membentuk bagian lain dari bumi yang disebut dengan daratan atau benua. Selain itu juga terdapat bagian bumi yang diselimuti oleh lapisan gas yang disebut dengan atmosfer. Pengetahuan tentang struktur dan lapisan bawah permukan bumi atau kulit bumi umumnya didasarkan pada kajian dan bukti tidak langsung. Kajian dan bukti tersebut didapatkan melalui studi karakteristik dan sifat batuannya yang disebut dengan geofisika. Dengan ilmu geofisika dapat dipelajari sifat-sifat fisis batuannya.
Dengan ilmu atau metode geofisika, dapat dilakukan pengamatan pola gelombang yang dirambatkan ke dalam bumi, baik bersumber dari sumber alamiah berupa gempa bumi, atau dari sumber buatan berupa ledakan buatan (Carbonell, et.al., 2013). Salah seorang ilmuan yang melakukan penelitian tersebut dan berhasil mengetahui lapisan dalam bumi adalah Andrija Mohorovicic (1909) (Gambar 1.1). Mohorovicic berhasil menemukan teori diskontinuitas Mohorovicic (Mohorovicic Discontinuity), yang dapat membedakan perubahan perlapisan bumi yang dicirikan dengan batas perubahan cepat rambat gelombang seismik.
Bab 2 Geosains dan Geofisika
Geofisika menurut ilmu etimologi terdiri dari kata geo dan fisika. Secara garis besar geofisika adalah ilmu yang menerapkan prinsip-prinsip fisika untuk mengetahui dan memecahkan masalah yang berhubungan dengan bumi, atau dapat pula diartikan mempelajari bumi dengan menggunakan prinsip-prinsip fisika. Ilmu geofisika bagi kebanyakan masyarakat umum masih sering tertukar dengan ilmu geologi. Hal tersebut merupakan hal yang wajar dikarenakan perbedaan keduanya tidak selalu dapat dengan mudah dibedakan secara pasti antara geologi dan geofisika (Gambar 2.1). Geofisika adalah bagian utama dari ilmu alam, dan cabang inti (core) dari geologi. Hal ini berkaitan dengan proses fisika dan sifat fisika bumi dan di sekelilingnya, yang menggunakan metode kuantitatif dalam analisisnya (Balasubramanian, 2017).
Menurut Santoso (2002), geologi termasuk ilmu yang mempelajari interior bumi dengan melakukan penelitian langsung terhadap batuan, baik dari singkapan maupun dari pengeboran. Dalam proses penelitiannya, gambaran tentang struktur, komposisi, atau sejarahnya yang dapat dilakukan dengan beberapa analisis. Untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang dinamika interior bumi tersebut (Gambar 2.2), diperlukan berbagai informasi dari berbagai disiplin ilmu, seperti: seismologi, fisika mineral, dan ilmu geofisika lainnya (Adlen, et.al., 2003). Sementara itu, geofisika termasuk ilmu yang mempelajari bagian-bagian bumi yang tidak dapat terlihat langsung dari permukaan, melalui pengukuran sifat fisikanya, dengan bantuan matematika dan komputasi, serta dengan peralatan yang tersedia dan dilakukan atas permukaan bumi. Geofisika juga mencakup interpretasi pengukuran yang dilakukan untuk mendapatkan informasi yang berguna tentang struktur dan komposisi lapisan di dalam bumi.
Bab 3 Metode Seismik
Seismik berasal dari kata seismos yang artinya gempa bumi. Gelombang seismik bersumber dari gelombang elastik yang merambat pada waktu terjadi gempa bumi. Pada saat terjadi gempa bumi, maka stasiun penerima akan merekam dan menghasilkan suatu bentuk gelombang yang menunjukkan fluktuasi amplitudonya. Metoda seismik merupakan salah satu metoda eksplorasi yang didasarkan pada pengukuran respons gelombang seismik (akustik) yang merambat pada batuan di bawah permukaan dan kemudian direfleksikan atau direfraksikan sepanjang bidang reflektor (bidang batas) lapisan batuan. Gelombang seismik yang digunakan berasal dari sumber getaran umumnya adalah ledakan dinamit, vibrator, palu (sledgehammer) yang dihantamkan pada plat besi di atas permukaan tanah, atau benda-benda lain bermassa besar yang dijatuhkan.
Setelah diberikan gangguan, gelombang akan bergerak di dalam medium (batuan) ke segala arah, dan memenuhi memenuhi hukum-hukum elastisitas, yaitu akan mengalami pemantulan atau pembiasan akibat perbedaan kecepatan. Respons yang merambat tersebut ditangkap atau direkam oleh receiver (sensor) yang disebut geophone (geofon) dan hydrophone (hidrofon), yang mengukur waktu perambatannya. Setiap reflektor atau bidang batas batuan memiliki impedensi akustik yang berbeda-beda. Impedensi akustik yaitu kemampuan suatu bahan untuk memantulkan atau meneruskan gelombang yang mengenai medium tersebut (Badley, 1985). Berdasarkan data rekaman inilah dapat diperkirakan kedalaman dan bentuk lapisan/struktur bawah permukaan bumi.
Bab 4 Metode Geolistrik
Metode Geolistrik Resistivitas, biasa disingkat dengan metode geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang mempelajari sifat kelistrikan di bawah permukaan dan bagaimana mendeteksinya di permukaan bumi. Studi mengenai resistivitas dalam geofisika dapat dipahami dalam konteks arus yang mengalir melalui medium bawah permukaan yang terdiri dari lapisan-lapisan material yang berbeda resistivitasnya (Herman, 2001). Proses yang dilakukan meliputi pengukuran beda potensial, arus listrik dan medan elektromagnetik yang terjadi, baik secara alamiah maupun akibat adanya injeksi arus ke dalam bumi. Metode geolistrik pertama kali digunakan oleh Conrad Schlumberger pada tahun 1912. Metode ini dapat dilakukan untuk pendugaan bawah permukaan dengan survei geofisika dilakukan untuk berbagai tujuan, seperti eksplorasi sumber daya mineral, geotermal, geoteknik, arkeologi, pertambangan, sedimentasi, masalah lingkungan dan hidrologi. Survei geolistrik ini memanfaatkan variasi resistivitas lapisan batuan bawah permukaan untuk mendeteksi struktur geologi, formasi, dan kandungan lapisan batuan.
Dalam pelaksanaannya, desain survei metode geolistrik relatif sederhana, tidak merusak, dan ekonomis (Vasantrao, et.al., 2017) serta memberikan respons yang cepat dan akurat terhadap perubahan resistivitas lapisan batuan bawah permukaan. Dengan variasi konfigurasi elektroda yang bermacam, masing-masing memberikan sensitivitas yang berbeda sesuai dengan tujuan dan target survei. Hasil pengolahan data juga dapat ditampilkan dalam citra atau profil dua dan tiga dimensi (2D dan 3D). Hal ini juga membantu kemudahan dalam tahapan interpretasi data dan menduga karakteristik bawah permukaan. Metode geolistrik dikategorikan sebagai metode geofisika dangkal, sehingga jarang digunakan untuk eksplorasi minyak dan gas bumi (migas), lebih efektif dan banyak digunakan dalam pencarian air tanah (reservoir), aliran polutan (kontaminan) (Okpoli, 2013), batuan dasar (bedrock), panas bumi (geotermal) dan aplikasi keteknikan (engineering) lainnya (Thomson, et.al., 2012).
Bab 5 Metode Induksi Polarisasi
Metode Induced Polarization (IP) atau Polarisasi Terimbas adalah salah satu metode geofisika yang relatif baru, hasil pengembangan dari metode geolistrik, dan diusulkan pertama sekali oleh Conrad Schlumberger pada tahun 1913. Tidak seperti metode geofisika lainnya, yang biasa digunakan untuk eksplorasi mineral sejak tahun 1920-an, metode IP belum banyak digunakan dalam eksplorasi, dan mulai secara saintifik sistematis mulai digunakan pada tahun 1950-an. Observasi yang dilakukan dengan memonitor fenomena interface antara fluida elektrolit pada pori dan material konduktif dibawah permukaan (Sogade, et.al, 2006).
IP merupakan fenomena listrik yang diinduksi oleh arus yang diamati baik sebagai respons tegangan yang tertunda dalam material bumi (batuan), atau sebagai perubahan yang bergantung frekuensi terhadap respons amplitudo, yang disebut dengan persen efek frekuensi ((Schlumberger, 1920) In: Seigel et.al., 2007). Namun demikian, secara teknis dan praktek IP mempunyai kemampuan dan sangat efektif dalam eksplorasi beberapa lingkungan geologi, dan hingga sekarang penggunaan dalam eksplorasi mineral telah meningkat pesat dibandingkan penggunaan metode geofisika lainnya. Apalagi dengan perkembangan software pengolahan data yang sangat mempercepat proses pemodelannya. Sehingga metode IP ini, selain untuk eksplorasi mineral, saat ini sudah mulai dikembangkan sebagai alat untuk aplikasi panas bumi, hidrologi dan lingkungan (Reynolds, 2011).
Sampai saat ini, belum ditemukan secara luas aplikasinya di industri migas, karena hasilnya masih didapatkan kompleksitas dan ambiguitas pada interpretasi, walaupun terus dikembangkan akusisi dan interpreasi metode IP dalam eksplorasi hidrokarbon (Burtman and Zhdanov, 2015). Survei IP menyerupai metode Geolistrik Resistivitas dalam pemakaian arus listrik yang dikirimkan transmitter ke tanah melalui dua buah elektroda arus dan perbedaan tegangan (Voltage) diukur diantara dua elektroda potensial. Batuan dapat dikarakterisasi tidak hanya dengan resistivitasnya, tetapi juga chargeabilitasnya, yaitu kemampuan batuan menyimpan muatan listrik (Reynolds, 2011). Efek IP adalah ukuran kemampuan batuan untuk dipolarisasi ketika berada di bawah pengaruh medan listrik, dengan kata lain, itu berarti bahwa selama polarisasi energi disimpan pada batuan (Amaya, et.al., 2016). Metode IP digunakan terutama untuk eksplorasi mineral, dan berbagai aplikasi lainnya, karena metode ini berpotensi membedakan antara sedimen dari komposisi litologi yang berbeda (Kemna et. al., 2004).
Bab 6 Metode Gaya Berat
Metode gaya berat atau gravity merupakan salah satu metode geofisika yang didasarkan pada pengukuran variasi medan gravitasi akibat variasi rapat massa (densitas) batuan di bawah permukaan. Pada kenyataannya, medan gravitasi bumi di permukaan tidaklah homogen. Gravitasi sangat dipengaruhi oleh massa jenis benda, termasuk batuan penyusun kerak bumi yang berbeda dengan batuan di sekitarnya (Mickus,1980). Perbedaan ini disebabkan karena adanya distribusi massa yang tidak merata di kerak bumi dan menyebabkan tidak meratanya distribusi dan deformasi massa jenis batuan. Batuan-batuan dengan massa jenisnya yang beragam tersebut akan mempengaruhi medan gravitasi bumi di permukaan, yang disebut juga dengan anomali gravitasi (gravity anomaly)
(Gambar 6.1).
Ketidakhomogenan medan gravitasi di permukaan juga dapat dipengaruhi oleh berbagai sebab, seperti aktivitas tektonik dan vulkanik, perubahan massa es dari dahulu hingga sekarang, pasang surut dan dinamika laut, dan adanya variasi struktur geologi di bawah permukaan, termasuk perbedaan kondisi topografi permukaan bumi (Van Cam, et.al., 2017). Adanya perbedaan massa jenis batuan dari satu tempat dengan tempat lain ini menimbulkan medan gaya berat yang tidak merata pula dan perbedaan inilah yang terukur di permukaan bumi. Sehingga, posis pengamatan juga memiliki pengaruh terhadap pengukuran. Semua kondisi geologi, baik di bawah permukaan maupun di permukaan bumi akan mempengaruhi medan gravitasi bumi yang terukur.
Gravitasi disebut juga medan potensial, yaitu gaya yang bekerja pada jarak tertentu, dan metode yang non destruktif (Mariita, 2007). Prinsip pada metode ini mempunyai kemampuan dalam membedakan densitas suatu batuan dan di sekitarnya dalam skala yang sangat kecil, sehingga dapat diketahui struktur bawah permukaan (Selley and Sonnenberg,2015). Penggunaan utama metode ini dapat menentukan batas dan skala (ukuran) cekungan sedimen serta distribusi massanya. Sehingga pengetahuan tentang struktur bawah permukaan ini penting untuk perencanaan eksplorasi. Untuk survei gravity dibutuhkan minimal dua alat gravitasi yang presisi, alat gravitasi yang pertama berada di base sebagai alat yang digunakan untuk mengukur pasang s rut gravitasi, alat yang kedua dibawa pergi ke setiap titik pada stasiun mencatat perubahan gravitasi yang ada. Walaupun, masih dapat dilakukan dengan hanya satu insrumen saja, gravimeter tetap mengukur perbedaan gravitasi diantara dua stasiun (Aminzadeh and Dasgupta, 2013).
Bab 7 Metode Ground Penetrating Radar
Metode Ground Penetrating Radar (GPR) atau yang biasa disingkat dengan Georadar merupakan salah satu metode geofisika yang mempelajari kondisi bawah permukaan berdasarkan sifat elektromagnetik dengan menggunakan gelombang radio dengan frekuensi antara 1-1000 Mhz. Radar, singkatan dari radio detection and ranging menggunakan gelombang elektromagnetik yang dipancarkan untuk mendeteksi sebuah objek. Pada awalnya teknologi radar hanya digunakan untuk kepentingan militer. namun sekarang telah digunakan secara luas dalam berbagai bidang. Dalam aplikasinya pada bidang geofisika, teknologi radar telah menjadi pusat perhatian dalam dunia, khususnya studi perlapisan dan eksplorasi dangkal (near surface exploration) (Davis and Annan, 1989). Hal ini sangat baik digunakan untuk eksplorasi tersebut karena memiliki hasil dengan ketelitian (resolusi) yang sangat tinggi, sehingga mampu mendeteksi target bawah permukaan sampai target yang berdimensi beberapa sentimeter sekalipun.
Metode GPR juga merupakan teknik eksplorasi yang relatif baru dibandingkan dengan metoda lain (Gambar 7.1), yang manfaatnya telah tersebar luas di berbagai bidang seperti: geologi, konstruksi dan rekayasa, arkeologi, ilmu forensik, masalah lingkungan dan lainnya (Conyers dan Goodman, 1997; Milsom, 2003). GPR mempunyai kelebihan dibandingkan metode geofisika lainnya, selain biaya operasional yang relatif ekonomis, cara pengoperasiannya di lapangan juga sangat mudah, dan didapatkan data resolusi tinggi dan secara real time (Yazdani, et.al., 2018) dengan frekuensi antara 10 MHz sampai 2 GHz (Leucci, et.al., 2012). Selain itu, GPR adalah alat investigasi yang tidak merusak (non-destructive) yangdapat memberikan gambaran bagian bawah permukaan (subsurface) dengan cara memancarkan gelombang pendek elektromagnetik. Jika gelombang tersebut melewati reflektor (interface) antara lapisan di bawah permukaan dengan sifat dielektrik yang berbeda, maka sebagian gelombang akan dipantulkan dan sebagian lagi terus melewati reflektor selanjutnya.
Bab 8 Metode Geomagnetik
Metode magnetik atau seing juga disebut geomagnetik merupakan salah satu metode geofisika tertua yang mempelajari karakteristik medan magnet bumi. Hampir empat abad lalu telah diketahui bahwa bumi merupakan magnet yang besar. Sejarah perkembangan Metode Magnetik telah dikenal sekitar 400 tahun yang lalu. Ilmuan yang pertama kali melakukan penelitian mengenai magnetisasi pada bumi adalah Sir William Gilbert n(1540-1603). Gilbert mendapatkan bahwa medan magnet bumi ekivalen dengan arah Utara-Selatan sumbu rotasi bumi (Telford, et.al., 1990). Penemuan Gilbert ini, kemudian dilanjutkan diteliti oleh Van Wrede (1843) untuk melokalisir endapan bijih besi dengan mengukur variasi magnet di permukaan bumi. Hasil penelitiannya tersebut ditulis oleh Thalen (1879) padasebuah buku “The examination of iron ore deposits by magnetic measurement” yang kemudian menjadi dasar pengukuran magnetisasi bumi dan berkembang manjadi metode geomagnet.
Metode geomagnet adalah salah satu metode geofisika yang mempelajari sifat kemagnetan di dalam bumi, untuk memperoleh gambaran bawah permukaan bumi atau berdasarkan karakteristik magnetiknya. Magnet bumi sendiri, terutama bersumber dari inti bumi, dan sebagian besar dihasilkan dari inti luar, menyebabkan arus induksi yang menghasilkan medan magnet kerak bumi. Sebagian besar batuan pada kerak bumi adalah kristal mineral magnetik, yang menghasilkan sifat magnetis (Ojo, et.al., 2014). Sedangkan proses magnetik di ionosfer atmosfer menjadi sumber medan magnet eksternal (Bukhari, 2019). Kemampuan suatu batuan untuk dapat termagnetisasi sangat dipengaruhi oleh faktor suseptibilitas batuan.
Proses magnetisasi dapat berubah ataupun hilang. Ketika batu dipanaskan, dan akan diperoleh kembali ketika batu dingin, dan atau akan berubah oleh proses alterasi kimia dan proses lainnya (Lyatsky, 2010). Metode ini di dasarkan pada pengukuran variasi intensitas medan magnet atau kontras suseptibilitas magnetik pada batuan di permukaan bumi yang disebabkan oleh adanya benda yang termagnetisasi di bawah permukaan yang timbul karena pengaruh dari medan magnet bumi saat batuan itu terbentuk. Pengukurannya relatif sangat mudah dan murah dibandingkan dengan pengukuran metode geofisika yang lain, dan koreksi juga tidak begitu penting (Telford, et.al., 1990).
Daftar Pustaka
- Adagunodo T.A., Sunmonu, L.A., and Adeniji, A.A., 2015, An overview of magnetic method in mineral exploration, Journal of Global Ecology and Environment, Vol. 3, No. 1, pp. 13-28.
- Afzal, M.H., Renaudin, V., and Lachapelle, G. 2011. Use of Earth’s Mag- netic Field for Mitigating Gyroscope Errors Regardless of Magnetic Perturbation, Sensors, Vol. 11, pp. 11390-11414.
- All, E.A.B., Khalil, A., Rabeh, T., and Osman, S. 2015. Geophysical Contribution to Evaluate the Subsurface Structural Setting Using Magnetic and Geothermal Data in El-Bahariya Oasis, Western Desert, Egypt, NRIAG Journal of Astronomy and Geophysics, Vol. 4, pp 236-248.
- Arora, K. 2011. Magnetic Methods, Principles. In: Gupta H.K. (eds) Encyclopedia of Solid Earth Geophysics. Encyclopedia of Earth Sciences Series. Springer, Dordrecht. Baranov, V., and Naudy, H. 1964. Numerical Calculation of the Formula of Reduction to the Magnetic Pole. Geophysics, Vol. 29, pp. 67-79.
- Blewett, R.S. 2012. Shaping a nation: a geology of Australia. Geoscience Australia and ANU E Press, Canberra.
- Bloxham, J., Gubbins, D., and Jackson, A. 1989. Geomagnetic Secular Variation, Philosophical Transactions of The Royal Society A, Math- ematical, Physical and Engineering Sciences. The Royal Society Publishing.
- Bukhari, K. 2019. Magnetic susceptibilities and fault surface anomalies. The study of land magnetic data and interpretations, International Journal of Recent Technology and Engineering (IJRTE), Vol. 7, Issue-6, pp. 1053-1056.
- Breiner, S. 1973. Applications Manual for Portable Magnetometers: GeoMetrics, Sunnyvale, California. pp. 1-58. Canada, 2018. Secular variation, Erath Magnetic Field, Natural Resources Canada.
- Chambodut, A. 2014. Gemagnetic field, IGRF- International Geomagnetic Reference Field, Encyclopedia of of Solid Earth Geophysic Harsh Gupta (ed.), Springer.
- Dentith, M., and Mudge, S.T. 2014. Magnetic Properties of minerals, 192 In: Geophysics for the Mineral Exploration Geoscientist, Cambridge University Press
- Georgsson, L.S. 2009. Geophysical methods used in geothermal exploration, Presented at Short Course IV on Exploration for Geothermal Resources, organized by UNU-GTP, KenGen and GDC, at Lake Naivasha, Kenya, November 1-22, 2009. pp. 1-16.
- Geosoft, 2009. Geophysics Levelling, Feature Sheet: Software extension for Oasis montaj, pp. 1-2.
- Horton, R.J. 2003. Application of Magnetic and electromagnetic methods to locate buried metal, USGS Open-File Report 03-317.
- Houze, R.A. 2000, Diamagnetism and Paramagnetismin International Geophyics, Elsevier Inc.
- Johnson, C.L., Constable, C.G., Tauxe, L. 2003. Mapping Long-Term Changes in Earth’s Magnetic Field, Science, Vol. 300, pp. 2044-2045.
- Kangazian, M., Oskooi, B., and Namai, L. 2015. Investigation of the topography effect on the shape and polarity of the magnetic anomalies, Bollettino di Geofisica Teorica ed Applicata, Vol. 56, pp. 43-54.
- Kellogg, O.D. 1953. Foundations of Potential Theory: Dover.
- Li, X. 2008. Magnetic Reduction-to-the-Pole At Low Latitudes: Observations and Considerations, The Leading Edge, Vo. 27, No. 8, pp.990–1002.
- Luo, Y., Xue, D.J., and WANG, M. 2013. Reduction to the Pole at the Geomagnetic Equator, Chinese Journal of Geophysics, Vol. 53, Issue 6.
- Lyatsky, H. 2010. Magnetic and Gravity Methods in Mineral Exploration the Value of Well-Rounded Geophysical Skills, Geoscience Research & Consulting Ltd., Calgary, Alberta, Canada, Oct 2010, Vol.35, No. 08.
- Lyatsky, H. 2016. Gravity And Magnetic Geophysical Methods In Oil Exploration, Potential fields Measurements Bring a Needed Boost to Geological Interpretation. Exploration & Production.
- Mabey, D.R. 1990. Magnetic methods, In: Application of Surface Geophysics to Ground-Water Investigations, USGS Report, pp. 107-116.
- Mariita, N.O. 2007. The magnetic method, Presented at Short Course on Surface Exploration for Geothermal Resources, organized by UNU-GTP and KenGen, at Lake Naivasha, Kenya, 2-17 November,
- Moskowitz, B. M. 1991. Hitchhiker’s guide to magnetism. Institute of Rock
Magnetism, Environmental Magnetism Workshop, pp. 48. - Naidu, P.S. and Mathew, M.P. 1994. Correlation filtering: a terrain correction method for aeromagnetic maps with application, Journal of Applied Geophysics, Vol. 32, Issues 2–3, August 1994, pp. 269-277.
- Ogagarue, D.O, and Emudianughe, J.E. 2016. Ground Magnetic Survey of the Charnokitic Dykes in the Areas Around Omu-Ijelu, Southwest-
ern Nigeria, IOSR Journal of Applied Physics (IOSR-JAP), Vol. 8, Issue 3 Ver. II (May. – Jun. 2016), pp. 90-98 - Ojo, A.O., Omotoso, T.O., and Adekanle, O.J. 2014. Determination of Location and Depth of Mineral Rocks at Olode Village in Ibadan, Oyo State, Nigeria, Using Geophysical Methods, International Journal of Geophysics, Vol. 2014, pp. 1-13.
- Scintrex, 1996. Magnetic Applications Guide, Revision 2.0, Smartmag, Envi-Mag, Walkmag and Envimap are trademarks of Scintrex Limited, Canada.
Telford, W., Geldart, L., and Sheriff, R. 1990. Magnetic Methods. In Applied Geophysics Cambridge: Cambridge University Press. pp. 62-135. - The bault, E., Finlay, C.C., and Zvereva, T. 2015. International Geomagnetic Reference Field: the 12th generation, LETTER, Earth, Planets
and Space, Springer. - Ravat, D. 2007. Reduction to Pole, In: Encyclopedia of Geomagnetism and Paleomagnetism, Gubbins, D and Bervera, E.H (Eds), Springer,
pp. 856-857. - Riddihough, R.P. 1969. The Reading and Reduction of Ground Total Field Magnetic Data, Communications of the Dublin Institute for Ad-
vanced Studies Series D, Geophysical Bulletin No. 25, pp. 5-12. - Riddihoug, R.P. 1971. Diurnal Correction to Magnetic Survey – an Assessment of Errors, Geophysical Prospecting, Vol. 19, No. 4, pp.
551-567. - Ryskin, G. 2009. Secular Variation of The Earth’s Magnetic Field: Induced by the Ocean Flow?, New Journal of Physics, Vol. 11, pp. 1-23.
- Ugalde, H. and Morris, B. 2008. An Assessment of Topographic Effects on Airborne and Ground Magnetic Data, The Leading Edge, Janu-
ary 2008, Vol. 27, No. 1. - Yanez, G., Ugalde, H., and Vargas, J.A. 2017. Topographic correction of magnetic data on rugged topography with application to Rio Blan-
co-Los Bronces and El Teniente porphyry copper districts, Southern Andes, Chile, Exploration Geophysics, Vol. 49, No. 4.