Manajemen Pemasaran Perspektif Indonesia

Description

Pemasaran, dalam buku ini, tidak sekadar diasosiasikan dengan spanduk diskon atau jargon iklan televisi. Ia menjelma menjadi denyut kehidupan yang menyelusup dalam setiap aktivitas sosial masyarakat Indonesia. Di tangan para penulisnya, pemasaran diangkat sebagai refleksi budaya-seni membaca zaman-di mana tiap keputusan konsumsi, dari membeli Indomie hingga naik ojek daring, menyiratkan pertukaran nilai yang lebih dalam ketimbang sekadar transaksi. Buku ini menyodorkan gagasan bahwa memahami pemasaran berarti memahami bagaimana manusia Indonesia hidup, memilih, dan memaknai kebutuhannya dalam lanskap sosial yang cair. Alih-alih menjejalkan teori-teori pemasaran dari Barat secara mentah, buku ini mengajak pembaca menempuh jalan “glokal”-mengawinkan prinsip-prinsip Kotler dengan kearifan lokal. Dengan pisau analisis yang tajam, penulis menelusuri evolusi pemasaran dari era produksi hingga zaman humanistik, seraya menunjukkan betapa nilai, agama, komunitas, dan bahkan logistik antarpulau, menjadi faktor penentu dalam merancang strategi pemasaran yang relevan di bumi Nusantara. Ini bukan sekadar adaptasi, tetapi dekonstruksi paradigma yang memberi tempat utama pada konteks Indonesia yang kompleks dan berlapis. Merek-merek lokal seperti Gojek dan Indomie dihadirkan bukan sekadar sebagai kisah sukses bisnis, melainkan sebagai simbol kekuatan narasi dalam menciptakan identitas bersama. Gojek, misalnya, bukan hanya solusi logistik, tetapi cermin kota yang terengah menghadapi waktu. Indomie, lebih dari sekadar mi instan, telah menjadi rasa nostalgia dan kebanggaan kolektif. Buku ini menunjukkan bahwa keberhasilan pemasaran hari ini bukan lagi tentang produk, melainkan tentang makna. Tentang bagaimana merek berbicara, berempati, dan Di ujungnya, buku ini mengajak pembaca menafsir ulang pemasaran sebagai praksis etis-bukan sekadar sarana meraih laba, tetapi sebagai alat pemberdayaan sosial. Dalam konteks Indonesia yang plural dan seringkali timpang, pemasaran yang humanistik mampu menjembatani disparitas, memberdayakan UMKM, dan mendorong transformasi digital yang inklusif. Ia menjadi medium untuk merajut keberlanjutan, solidaritas, dan keberpihakan pada nilai-nilai kemanusiaan. Maka, belajar pemasaran di sini bukan hanya soal bisnis, tetapi tentang menjadi manusia yang lebih peka terhadap lingkungannya.