Stres & Perilaku Mengemudi Sepeda Motor: Perspektif Transportasi Perkotaan

Description

Kajian fisiologis melalui pengukuran detak jantung (HR) dan variabilitas detak jantung (HRV) memperlihatkan bahwa stres mengemudi bukanlah fenomena abstrak, melainkan kondisi nyata yang dapat diukur secara objektif melalui respon tubuh pengemudi terhadap situasi lalu lintas. Peningkatan HR, penurunan HRV, dan pola fisiologis tertentu mencerminkan kerja sistem saraf otonom dalam menjaga keseimbangan, sehingga mengemudi di kota padat tidak sekadar aktivitas mekanis tetapi juga tantangan biologis. Hal ini menegaskan bahwa keselamatan lalu lintas tidak cukup dipahami hanya dari angka kecelakaan atau pelanggaran, melainkan perlu dilihat dari indikator fisiologis yang menggambarkan beban mental dan emosional pengemudi sehari-hari. Apabila kondisi stres terjadi secara berulang, maka potensi stres kronis tidak terhindarkan, yang pada akhirnya memengaruhi kemampuan pengambilan keputusan di jalan raya dan menurunkan kualitas keselamatan itu sendiri. Dampak yang lebih jauh dari stres kronis akibat lalu lintas perkotaan juga menyentuh aspek kesehatan jangka panjang, termasuk risiko hipertensi, gangguan kardiovaskular, serta kelelahan mental akut yang dapat membahayakan tidak hanya saat berkendara, tetapi juga dalam aktivitas sehari-hari. Bagi pengendara sepeda motor, beban fisiologis ini cenderung lebih tinggi karena langsung terpapar faktor eksternal seperti polusi udara, suhu ekstrem, dan kondisi jalan yang menuntut kewaspadaan konstan. Dengan demikian, memahami stres mengemudi dari sisi fisiologis bukan hanya kontribusi akademis, tetapi kebutuhan praktis dalam merancang kebijakan keselamatan dan upaya perlindungan kesehatan masyarakat perkotaan.